Bahagia itu
sederhana, sesederhana kita mengucapkannya. Apabila kita selalu mencari
kebahagiaan, kemana pula akan kita temukan? Ia tak berwujud, tapi mampu kita
rasakan. Seperti layaknya parfum. Tak bisa dilihat, namun dapat terasa oleh
indra penciuman dan lagi menenangkan.
Pada suatu
hari ada seorang pemuda yang selalu saja murung dan berusaha mencari
kebahagiaan dimanapun. Dengan berganti pekerjaan, berganti rumah, berganti
suasana. Sampai akhirnya ia pergi jauh untuk mencari lagi sebuah kebahagiaan
yang ia rasa hilang. Hingga ia pulang pun tak ia temukan bahagia yang dicari.
Sesampainya rumah, lama tak bertemu orang tua, ia bahagia. Kucing peliharaannya
datang menghampiri dan bersikap manja di sekitarnya, ia bahagia. Melihat adik
sepupu kecil yang baru saja bisa berjalan memamerkan kebolehannya berjalan, ia
bahagia. Ia tak tahu, bahwa kebahagiaan itu justru ada di sekitarnya. Bahwa
kebahagiaan yang ia cari itu semu, bila tak membuka hati.
Ambil saja
contoh terkecil dan sepele dalam keseharian. Asal kita dapat membuka mata hati
dan fikiran, maka kita akan merasakan semprotan parfum kebahagiaan. Bahagia
bukan hanya milik kita sendiri. Kebahagiaan orang lain, bisa juga membahagiakan
kita, asal tak merugikan.
Kecewa dan
bersedih boleh, itu manusiawi dan lumrah dirasakan oleh manusia yang notabene
makhluk berperasaan (terutama perempuan!), namun bila berkepanjangan, lain lagi
ceritanya. Kehidupan akan tetap berlanjut. Apakah kita akan ditinggalkan oleh
kehidupan dengan bermuram durja dan meratap sedih? Ikuti saja ritme hidup yang
ada. Karena hidup, kita yang memilih dan menjalankan. Tentunya harus dilalui
dengan sebuah sikap yang lurus. Berbahagialah dalam
hidup!