Sekilas
terdengar klise. Diary atau catatan harian seringkali teribaratkan layaknya
gadis remaja yang suka mencurahkan isi hatinya tentang keseharian, naksir
cowok, tugas yang tak kunjung selesai, novel baru yang akan segera terbit, atau
hal-hal remeh dalam keseharian remaja. Mangapa demikian? Karena mereka dianggap
puya waktu luang yang berleih untuk menulis semua itu.
Coba
kita persenkan, berapa banyak orang dewasa yang masih suka menulis catatan
harian. Tentang pekerjaan mugkin, atau kuliah, pasangan, anak, atau bisa jadi
tentang resep masakan yang layak dicoba. Terkadang kita suka melewatkan hal-hal
remeh yang ada di sekitar kita. Padahal, bila termaktubkan lalu dibaca sepuluh
tahun mendatang akan menjadi sejarah. Misalkan dulu saat masih duduk di bangku
sekolah pernah berantem dengan salah seorang teman, hal tersebut kita tulis
kemudian dibaca sepuluh tahun lagi saat bahkan tak ingat bila pernah
bertengkar. Membacanya tentu akan menjadi sebuah hal yang lucu dan mengesankan.
Kita
dapat mengetahui bagaimaa diri kita berubah dengan sendirinya secara beratur
melalui catatan harian tersebut. Kok dulu aku bisa seperti ini, sih? Itu kan
kekanak-kanakan banget! Lalu saat dewasa kita yang telah dapat berfikir lebih
dalam dan (semoga) bijaksana tahu, bahwa tak sia-sia waktu membawa kita hingga
saat ini. Catatan harian juga sebagai pertanda bahwa kita pernah hidup dan
membuat suatu sejarah pada hari kemarin. Seperti layaknya blog ini yang
sebenarnya saya dedikasikan untuk catatan perjalanan saya yang pernah’sempat’
hidup di dunia. Yang tentunya pantas untuk dikenang kembali. Karena kita
setidakya tahu, bahwa saat itu kita pernah hidup dan merasakan banyak hal.
Hal
yang sedang tren saat ini mungkin dengan menggunakan jejaring facebook ataupun
twitter. Bukan hanya sekedar menjadi sarana untuk berteman dengan orang lain
yang lebih luas, tapi juga sebagai media curhat yang lebih praktis dan simple.
Hari ini akan menjadi sebuah sejarah bagi hari esok. Untuk itu, selalu
tingkatkan kualitas diri di tiap harinya!