Seorang
guru, dosen, motivator, rektor, dan berbagai titel lain yang beliau miliki itu
bertanya dalam sebuah pertemuan mingguan demi kemajuan bahasa kepada temanku
tentang arti kebahagiaan menurutnya. Acara yang digelar jam dhuha saat matahari
berusaha naik itu tak begitu dingin lantaran adanya fasilitas pendingin.
Suasana cair seperti biasanya.
Saat
temanku itu menjawab bahwa kebahagiaan itu adalah sebuah pencapaian atas mimpi,
beliau tak membenarkan juga tak menyalahkan. Hanya menambahkan bahwa bahagia
itu berbeda dengan sukses. Akhirnya demi memuaskan keingintahuan kami yang
memilki wajah kelewat penasaran itu, beliau menyerah dan menjelaskan.
Happiness is different with success. Success
is from your thought , but happiness from your heart and mind. Kesuksesan itu
bisa datang bahwa kita berfikir akan, harus atau telah sukses. Sementara
bahagia punya sisi yang lebih kompleks, namun mudah. Dari hati dan fikiran.
Mengapa demikian? Karena kita berfikir bahwa sesuatu itu membahagiakan, namun
setengah hati merasakannya apakah kita dapat menikmati kebahagiaan tersebut
secara utuh?
Bahagia itu mudah. Tergantung bagaimana cara
kita menyikapi dan memandang segala hal. Melihat kehidupan dengan kacamata yang
lebih indah. Tulisan di catatan harianku yang sering membuatku tersetrum adalah
happiness is within your heart. Mungkin memulai dengan sesuatu yang sederhana.
Jangan pula terlalu pusing mencari sebuah kebahagiaan. Bila ada di depan mata,
susah atau beratnya sebuah pekerjaan pun akan dapat terlihat membahagiakan.
Tentunya semua orang ingin memilki hidup yang bahagia. Namun ada saja yag memandang
dan menganggap bahwa hidupnya itu susah dan suram. Ubah dari sekarang mind set
seperti itu! Keoptimisan dalam hidup juga merupakan faktor besar dalam
kebahagian. Mau coba?
(Tambahan: Assalamu'alaikum. Ini Dhita di tahun 2018 bulan Juli yang sedang edit-edit blog karena tidak ada kerjaan lantaran libur semester yang terlalu lama. Ustadz yang kumaksud di atas adalah Dr. Dihyatun Masqon rahimahuLlah. Akhir Februari lalu beliau wafat karena sakit. Namun ilmunya masih tersimpan dalam benak dan tulisan. Semoga bisa menjadi jariyah tersendiri. Amin)
(Tambahan: Assalamu'alaikum. Ini Dhita di tahun 2018 bulan Juli yang sedang edit-edit blog karena tidak ada kerjaan lantaran libur semester yang terlalu lama. Ustadz yang kumaksud di atas adalah Dr. Dihyatun Masqon rahimahuLlah. Akhir Februari lalu beliau wafat karena sakit. Namun ilmunya masih tersimpan dalam benak dan tulisan. Semoga bisa menjadi jariyah tersendiri. Amin)