Tahun lalu, sebagai refleksi ulang tahunku yang
kedelapan belas, bukanya mentraktir teman, malah aku membagikan hasil dari
refleksi tersebut. Bahwasanya terkadang kita suka dibingungkan dengan dua
kalimat, yakni kuunii ‘inda husni-dz-dzonni ghoyriki yang berarti jadilah
seperti apa yang orang fikir kamu itu baik, dengan kalimat just be yourself.
Bila kita terbebani untuk menjaid seperti orang fikir,
maka kita harus menjadikan diri kita pribadi itu menjadi baik sendiri. Sehingga
orang lain meilai bahwa kita itu baik,
menjadi diri sendiri karena kita sesungguhnya memang baik. Tidak perlu menjadi
orang lain demi mendapat nilai baik di kaca mata orang lain atau tidak usah
menjadi seorang yang masa bodoh dengan pendapat orang lain. Justru karena
pendapat orang lain itulah yang kerap kali membangun kita. Bagaimana kita
berlaku, orang yang dapat menilai. Kita juga tak usah pula pusing memikirkan
apa yang akan orang lain katakan. Menjadi diri sendiri,
tapi yang baik. Mungkin itu yang kufikirkan menjadi refleksi dari kedua kalimat
tersebut.
Ulang tahunku yang kedelapan belas sukses kulewati
dengan bahagia di karantina kelas enam. Aku tak sempat lagi memikirkan ujian
karena telah sukses membawaku pada masuk angin, cucian kotor menumpuk, dan
bersin karena kotakku yang penuh dengan bedak entah milik siapa. Mungkin karena
aku yang terlalu lama hidup dalam duniaku sendiri sehingga perhatian
teman-teman yang baru kutemui di karantina itu memilki efek yang sangatbesar.
Bahwasanya aku hidup di dunia ini tidak sendiri. Bahwasanya banyak orang telah
menilai kita dengan berbagai sudut pandangnya tanpa kita tahu. Krena gerakan
yang kita lakukan secara sadar atau tidak, semua orang dapat melihatnya.
Entah masih ingat atau tidak, LIBANON 4, memberikanku
banyak sekali pelajaran. Terlebih tentang hidup dan arti dari mengerti
perasaan.