Sebagai
siswi akhir KMI yang tak lagi terbebani dengan segudang pelajaran, mengharuskan
kami untuk mencari kesibukan. Setidaknya untuk mengisi
waktu kosong dengan hal yang bermanfaat. Dan penemuan terbaikkuuntuk mengisi waktuku
ialah bermain di Out-Bond yang letaknya tak begitu jauh dari auditorium
mengasih makan ikan, bercengkrama, atau sekedar duduk-duduk disana,
ya..begitlah ritual harian kami.
Pagi
itu seperti biasanya, kami menghabiskan waktu dua jam hanya untuk melihat
ikan-ikan di kolam. Banyak sekali ikan yang ada di kolam itu, dan mungkin
sekarang mereka sedang berebut oksigen
di dalam sana. Jenuh ternyata melakukan hal ini setiap hari. Tak ad aide yang
member solusi tentang kegiatan yang lebih menyenangkan. Samapai kami tersadar
akan kehadiran sang empunya kolam. Ustadz gagah itulah sang pemilik kolam yang
luas ini. Ustadz Fadhli. Beliau dengan motornya yang sudah batuk-batuk dating
membawa jala untuk menangkap ikan.
Awalnya
kami hanya menyaksikan betapa asyiknya beliau dengan ikan-ikan itu. Tak puas
hanya menjadi penonton, kami pun menawarkan diri untuk membantu. Ternyata
mengambil ikan itu limayan sussah. Kaos kami pun harus basah karena masuk dalam
kolam.
Untuk
pertama kalinyadalam hidup kami, mungkin juga akan menjadi bekal untuk masa
depan. Membersihkan badan ikan. Kalau mengingat badan kami yang kect karena
belum mandi, jadi iri dengan ikan-ikan yang bersih ini.
Dua
jam terlewati dan seratus empat puluh ikan telah selesai kami versihkan. Kami
mengerti bagian apa saja yang harus dibuang dari ikan-ikan ini. Terbersit
keinginan di otak. Harap-harap cemas akankah kami akan mendapat ikan gratis
atas semua kepayahan ini.
Teringat
motto pondok “KEIKHLASAN” rasa itu seketika menguap begitu saja. Tak selang
berapaa lama ustadz Fadhli datang dengan membawa alat pembakaran dan
penggorengan. Ini pekerjaan tambahan pikirku benar saja kami diminta untuk
membakar dan menggoreng ikan sebanyak ini. Ya sudahlah…itung-itung belajar
menjadi istri dimasa depan. Kami senang melakukan ini, hingga tak terasa kaos
yang tadi basak dengan air kolam kini telah berpadu dengan bau badan, keringat,
asap dan bau amisnya ikan. Bisa dibayangkan?
Sebagai
karyawan tak ber ID-Card dan berseragam, kami memulai karir pag itu untuk
teman-teman kelas lima dan enam. Hanya merekalah penghuni pondok kala itu.
Sanriwati lainya sedang asyk berlibur bersama sanak saudara di daerah
masing-masing. Senangnya jadi mereka.
Tak
terasa setengah harinkami habiskan bersama ikan. Mengistirahatkan sejenak
otot-otot dibawah pohon bisa membuat suasana kian mencair. Seakan capek melebur
bersama angin yang berhembus segar. Ah…betapa berharganya hari ini. Segala ilmu
perikanan illegal telah kami dapati dari guru yang kami sayangi. Tak lupa
beliau yang baik hati member ikan gratis untuk kami. Kami paham ternyata
mendapat pelajaran tak harus resmi di kelas, kan?
(By. Fish gang)