Entah berapa kali aku
mengikuti perlombaan ataupun seleksi. Entah berapa kali pula aku mengalami
kegagalan atau keberhasilan. Seringnya sih gagal. Tapi itu bukanlah sesuatu
yang patut dirayakan, namun dijadikan pelajaran. Aku justru bangga pada diriku yang
kalah setelah mencoba daripada tenang karena belum mencoba karena takut. Itulah
saat dimana aku menjadi seorang pecundang. Takut pada hal yang belum pasti dan
kalah sebelum perang.
Esensi terbaik yang dimiliki
oleh para pemenang adalah saat berusaha. Pun disaat kita kalah pun esensi yang
dimiliki adalah sebuah pelajaran untuk menjadi tetap tegar dan koreksi akan
kesalahan yang dibuat.
Beberapa hari lalu dalam
pembukaan muker DEMA, KH. Ahmad Suharto berkata, bahwa seorang anggota hanya
dapat bermimpi, namun seorang pemimpin adalah orang yang dapat merealisasikan
mimpi-mimpinya. Maka milikilah jiwa seorang pemimpin.
Korelasi yang kuambil dari
kasus menang-kalah ini adalah ‘jiwa’-nya. Jiwa para pemenang adalah orang yang
mempersiapkan bagi kemenangannya, meski tak menang, sudah memiliki jiwa dan
persiapan layaknya pemenang. Maka saat bertanding bukan dalam posisi siap
kalah.
We are the champion, my
friend....