Dalam
setiap angket aku paling tidak suka menjawab kolom suku. Bila dikatakan aku
tiak bersuku mana ada yang percaya? Aku lahir dari orang tua yang berbeda suku.
Ibu Jawa dan Ayah Padang. Hidup memang lebih lama di Jawa daripada pulau
manapun yang pernah kami tinggali, seperti Kalimantan dan Sumatra. Namun itupun
kami juga berpindah dari Jawa Timur hingga Jawa Barat. Jadi aku bersuku apa?
Aku tak bisa menjawab pasti.
Orang
bilang lingkungan, selain orang tua, juga mendapat peran untuk pembentukan diri
pribadi. Maka aku campuran dari semua itu. Aku bisa menjadi tidak enakannya
orang Jawa Tengah, nekatnya orang Jawa Timur, kerasnya orang Padang, dan
lain-lain. Namun tak bisa dipungkiri pula bahwa Gontor juga turut membentukku.
Hal paling dasar adalah untuk mengetahui apa yang sebenarnya ingin aku lakukan.
Sejak
dulu aku sadar sangat suka menulis. Dari asal-asalan membuat cerpen yang hanya
dua halaman saat SD hingga berlanjut pada paper tugas kuliah. Hingga aku
memutuskan untuk menjadi seorang wartawan pada kelas 5 SD. Dan cita-cita
tersebut tak pernah berubah hingga akhir-akhir ini. Niat awalku untuk menjadi
wartawan pun sebenarnya atas dasar menulis. Ternyata tanpa menjadi wartawan pun
aku bisa menulis.
Setelah
lulus dan menjalani pengabdian, aku tak jadi melanjutkan kuliah untuk mengambil
jurusan jurnalistik. Tetap di pondok dan melanjutkan studi dengan jurusan ilmu
aqidah. Namun siapa pula yang pernah tahu rahasia Tuhan? Aku malah mendapatkan
kesempatan yang lebih banyak untuk menulis. Menjadi koresponden Majalah Gontor
dan website pondok. Belum lagi tetap menjadi kepala redaksi majalah kampus. Tak
lupa juga beberapa pelatihan hebat yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya.
Kita
memang harus selalu membuat pilihan dalam hidup. Untuk menjadi dan bersikap.
Namun ada Tuhan yang juga mengatur pilihan-pilihan tersebut agar tetap menjadi
yang paling baik bagi hamba-Nya. Entah bagaimana awal hidup kita berproses
kemudian bagaimana menjadi. Rentetan hidup itu akan saling bersinambungan kalau
kita sadar. Karena tidak ada yang sia-sia di dunia ini. Denganku yang harus
selalu berpindah-pindah, masuk pondok dan masih mencari diri,
Di
titik ini aku hanya bisa mengatakan.
Aku
bersyukur.