Bahwa
memang hidup itu tentang menerima. Menerima kepastian bahkan ketidakpastian.
Bahwa
memang hidup juga tentang proses. Proses menjadi seperti apa yang hidup
tentukan atau kita yang menentukan hidup tersebut.
Aku
termangu kembali dengan apa yang sudah terjadi selama satu tahun terakhir. Baik
yang terjadi pada diriku maupun pada orang-orang yang ada di sekitarku. Kali
ini aku lebih banyak membuka mata, diri dan hati. Karena ternyata hidup bukan
tentang ceritaku saja. Namun juga cerita banyak orang yang alih-alih hanya
kudengarkan kemudian menjadi pelajaran bahkan bagi diriku sendiri. Untuk
mengetahui dan mencapai proses pada titik ini saja aku harus melalui
bertahun-tahun menjadi seorang angin bahkan batu.
Bentuk
proses hidupku yang seperti ini tentu menyisakan banyak penyesalan di masa
lalu. aku berhak untuk menyesal. Namun segala penyesalan itu hanya boleh
menjadi sebuah pelajaran penting, bukan sebuah ratapan. Proses hidup orang lain
bisa jadi lebih mudah atau malah lebih berat dariku. Itulah proses dengan
ukuran kadar masing-masing yang sudah Allah tetapkan.
Aku
(harus) bahagia dengan hidupku seperti ini. Dengan catatan bahwa hidup yang
kadang tak mudah (atau malah aku yang menyulitkan) ini harus bisa bermanfaat
bagi orang lain. khairunnasi anfa’uhum linnasi.