Mungkin
memang benar bahwa selamanya manusia tidak akan pernah sempurna. Tapi Dr.
Kholid dalam pembukaan kuliah kemarin mengatakan bahwa kita bisa menuju
kesempurnaan dengan dua hal, yaitu ilmu dan ruh. Ilmu yang lazim kita cari
karena Allah meninggikan derajat hamba-Nya dengan hal tersebut. Kemudian ruh
yang menyala dengan iman serta kebaikan. Bila jadinya demikian, paling tidak
kita menjadi pribadi yang lebih baik karena dijaga dan menjaga dua hal penting
di atas. Itu proses.
Pada
kenyataannya memang tidak ada manusia yang sangat sempurna baik dari segi
keilmuan dan ruhnya. Ujung-ujungnya kita akan menemukan kesalahan dan
kekurangan. Namun sayang, ada juga sebagian dari kita yang malah suka memandang
sedikitnya kekurangan daripada banyaknya kelebihan. Itu yang dulu kita pelajari
di kelas enam sebagai at-thab’u as-sakhith.
Proses
berubah menjadi lebih baik itu tidak mudah. Dibutuhkan istiqamah dan semangat
tanpa batas. Setidaknya bila kita sudah lebih baik daripada pribadi kita yang
dulu, gangguan serta tantangan bukan hanya datang dari diri sendiri yang
seringkali ingin mengajak kita kembali ke masa lalu yang lebih mudah. Namun
juga dari dari orang lain yang tak suka dengan sebuah perubahan. Kemarin lalu
muridku bilang, orang seperti itu adalah orang-orang yang sebenarnya iri karena
tidak bisa melakukan apa yang kita lakukan. Atau setidaknya pencapaian.
Hal-hal
seperti di atas akan selalu ada. Ustadz Suharto selalu mengingatkan, ghayatu
an-nas la tudrak. Kita menjadi lebih baik untuk siapa sih sebenarnya? Agar
lebih baik di mata Allah dan baik untuk diri sendiri yang berefek baik juga
untuk orang lain. Bukan agar ‘kelihatan’ baik di depan orang sehingga kita
menjadi boneka atas apa yang orang lain inginkan. Ada saatnya kita
mendengarkan. Selama itu untuk kebaikan. Namun bila komentar yang malah
menjatuhkan dan menghalangi niat baik kita (entah di depan atau di belakang),
tutup telinga rapat-rapat agar tidak menganggu istiqamah kita pada kebaikan.
Bahkan
banyak lho orang yang merasa dirinya lebih baik dari orang lain. Saya menulis
ini pada akhirnya akan ada komentar, kamu sudah sejauh baik apa? Tidak. Saya
menulis bukan karena saya orang baik, namun karena saya juga ingin menjadi
pribadi yang lebih baik. Ini hanya sebuah renungan yang alih-alih semoga bisa
menjadi hasil. Ini sebuah harapan. Untuk saya dan orang lain yang sedang
berproses.
Uusiikum
wa iiyaya nafsii bitaqwallah...