Depan lemari Ami dengan lagu
Kahitna “soulmate”
Ahad, Juli 31, 2016
Khatam sudah dua buku
Supernova edisi Gelombang dan Intelegensi Embun Pagi yang berarti aku harus
kembali stabil melakukan aktivitas. Beginilah kalau jadinya Dhita Ayomi
dihadapkan dengan sebuah F5 dalam bentuk novel tebal ataupun film berepisode
tingkat pegal. Nyatanya memang rasa penasaranku yang sangat besar itu tak bisa
terbendungi.
Otak, hati dan ketajaman akan
keduanya membutuhkan latihan. Bila sedari dulu yang kupunya adalah dengan
mengajar dan kuliah untuk berlatih, maka setelah wisuda ini aku harus bisa
lebih mandiri dalam mengkontrol semua hal tersebut. mau jadi apa aku ini?
Pekerjaanku tak lebih banyak
dengan teman lain. paling tidak menulis dan membaca harus dapat menjadi sebuah
rutinitas yang tak terelakkan. Bila tidak, hati dan otakku akan tumpul dan tak
bisa lagi berpikir selayaknya sarjana filsafat Islam yang baik.
Tadi pagi iseng saja aku buka
Lama’at milik Said Nursi. Hanya satu sub-bab, namun inti dari satu setengah halaman
tersebut belum tentu bisa aku deskripsikan dengan baik. Yang bisa kutangkap
adalah perihal derita Nabi Ayub dan kesulitan kita yang lebih membutuhkan
istighfar. Apalah kita ini dibandingkan dengan sabarnya, ikhlasnya dan
rahmatnya para Nabi. Namun mereka masih tetap beribadah dan beristighfar pada
Allah. Lebih banyak pula.
Aaah... apalah aku ini. Masih
juga menganggap diri ini lebih baik hingga sempat merendahkan orang lain. Hal
yang sangat aku usahakan kini untuk kuhilangkan. Bukan juga untuk rendah diri
tinggikan mutu seperti istilah Mase. Aku sadar bahwa aku, kita, sebagai manusia
tak memiliki apapun yang dapat dibanggakan. Sangat kecil sehingga mungkin
makhluk tak kasat mata akan mentertawai diri kita yang sok besar ini.
Setelah wisuda memang banyak
sekali yang aku renungi. Hal yang akan aku tulis pada media lain. insya Allah
akan kuniatkan untuk melanjutkan rutinitas ini setiap hari.