Hujan Bulan Januari
Sudah paruh ketiga bulan Januari. Bogor masih hujan saja.
Deras yang tak kenal ampun. Aku teringat kembali bagaimana 2020 dimulai.
Salemba kala Maghrib itu sudah hujan deras. Kampus yang
sudah mulai sepi hanya tersisa mahasiswa akhir yang menunggu kawan sidang tesis
atau urus pemberkasan. Nongkrong adalah barang aneh di Salemba. Daripada mampir
di kantin yang harus jalan niat ke belakang, lebih baik menyeberang saja ke
warung makan kapitalis. Makin malam yang tersisa hanya gerimis manis. Teratur tak
ada niat untuk berhenti. Lalu lalang ramai. Hiruk tahun baruan mungkin kalah
dengan nyamannya selimut di kamar. Hujan memang bisikan Indomie dan kasur
empuk.
Aku sendiri masih belum ada niatan kembali ke rumah. Butuh
bicara dengan kawan mengenai 2019 yang aneh, tapi menyebalkan sekaligus
membahagiakan. Bermodal payung kecil yang kubeli 2 tahun lalu, aku berjalan
menghampiri kosan temanku itu. Setidaknya ada 4 mobil ambulans yang melintasi
jalanan. Ke arah yang berbeda, tapi tujuan sama. Aku memperlambat jalan. Malam
itu semuanya serba membutuhkan pembacaan. Tentang bagaimana orang-orang menerobos
hujan menuju tempat tahun baruan, bagaimana beberapa lain bertahan di tempat
masing-masing, bagaimana aku yang dengan nasib masih menggantung masih bisa
berada di Salemba pada malam tahun baru.
Obrolan kami benar-benar terarah. Yang awalnya memang
ingin refleksi 2019 hingga tak sengaja recap apa yang telah kami baca dari
lingkungan sekitar selama tahun 2019. Kaleidoskop ia membahasakannya. Setelah obrolan
panjang yang ditemani pizza order dari warung kapitalis, aku kembali ke Bogor. Memang
tidak ada yang berubah di hari esok. Hanya ganti kalender. Refleksi, impian
atau resolusi tahun baru hanya menemani momentum. Dan energinya tersampaikan
lewat pergantian tahun.
Tanggal 1 dan hingga detik ini di bulan Januari, kamu
masih orang yang sama. Perubahan yang kamu inginkan hanya butuh proses dari
hari ke hari. Begitupun perubahan mindset. Menjadi terbiasa adalah anugerah. Peralihan
pada kala perubahan sering kali menyakitkan. Namun, bila tidak dihadapi dan
tiba-tiba sudah Juni atau Desember saja tanpa improve diri, akhirnya malah
sakit hati sendiri. Ah.. ini aku yang sedang menulis sambil mendengar lirih
hujan dan menahan sahutan Indomie kuah hangat. 2020 itu remarkable oleh
semesta. Banjir Jabodetabek, cuaca ekstrim, kebakaran hutan di Australia,
hubungan Iran-Amerika, sampai mundurnya Pangeran Harry dari keluarga kerajaan.
Tahun ini. Aah... banyak hal yang akan terjadi dan
sepertinya aku bersemangat. Semoga yang disemogakan tidak perlu menunggu
Desember lagi untuk disesali dan diusahakan. Semoga angan dan cita tak hanya
menjadi list di resolusi tahun baru semata. Semoga tetap dan lebih bahagia. Semoga
bisa belajar menjadi diri yang lebih baik. Dalam arti yang sebenarnya.
Rumah Bogor
Comments
Post a comment