Oktober: Iklim dan COVID19
Saat ini pertengahan Oktober. Musim hujan akan segera datang. Ah kita memang tidak bisa memprediksi musim kan sekarang? Isu perubahan iklim menyusahkan kita yang dulu diajarkan bahwa musim hujan akan datang saat bulan berakhiran –ber. September, Oktober, November, Desember. Jaman lawas. Kamu yang masih ingat itu pasti sudah berumur di atas dua puluh lima.
Hujan
di Sleman sudah dimulai dari tadi subuh saat kami sahur. Gerah yang kami rasa
sejak semalam sebagai pertanda datangnya hujan, harus pending beberapa jam.
Mungkin nanti akan hujan lagi. Hawa sejak pagi per pukul 9 masih belum
menentukan pasti akan memberikan cuaca seperti apa di sisa harinya. Aku tetap
mencuci. Hampir dua bulan ini kami menaruh jemuran di dalam rumah. Di gudang
yang menyisakan banyak tempat, tepatnya. Ia hanya memiliki celah kecil di
samping yang menghadap utara dan jendela besar menghadap barat. Awalnya karena
tidak mau kotor terkena debu dari tukang yang sedang bekerja di halaman
belakang, tapi selanjutnya ide bagus juga karena cuaca tak lagi menentu.
Isu
perubahan iklim jadi redam selama hampir setahun ini. Kecuali aktivis macam
Greta dan followernya di seluruh dunia, media lebih memilih memberitakan
covid-19, omnibus law, atau lalat yang hinggap di kepala Mike Pence selama 2
menit. Mungkin iklim adalah isu jangka panjang, sementara covid-19 dan lainnya
adalah situasi yang kita hadapi sekarang. Ngeri-ngeri sedap sebenarnya.
Kebiasaan yang dulu dilakukan dengan mengurangi sampah plastik sedikit bergulir
karena rutin belanja online, pesan makan antar atau take away, dan membuang
masker sekali pakai. Terima kasih atas penelitian yang menganjurkan memakai
masker kain!
Comments
Post a comment